Penulis: Abah Cecep Somantrie
Tak disangka Aa Maman mendirikan pesantren di sebuah desa di pedalaman Majelengka.
Tanah yang tadinya dipenuhi dengan tumbuhan liar dan ilalang, akan berganti menjadi bangunan pesantren yang memadukan pengajaran Islam, alam, dan budaya Nusantara.
Yang lebih mengherankan lagi, pembangunan pesantren ini ternyata telah dipredikisi oleh sesepuh kampung situ dan telah menjadi cerita turun temurun yang diyakini kebenarannya. Konon, dahulu kala ada seorang ulama di Wanajaya yang mengatakan bahwa nantinya akan ada pesantren besar yang akan berdiri di sebelah sungai di Wanajaya. Cerita itulah yang kemudian kini benar-benar terjadi. Ponpes Al Mizan Wanajaya akan berdiri megah di lahan sekitar 10 hektar besarnya.
Membabat lahan di Wanajaya pun bukan perkara mudah. Unsur mistis yang kental serta kondisi geografisnya yang sulit dijangkau, membuat wilayah itu tak mudah dikelola. Apalagi sebagian besar lokasinya masih beeprofil hutan lebat. Jadi bukan sembarang kiai yang mampu membuka lahan di lokasi yang kini tengah dibangun cabang pesantren dari Al Mizan Jatiwangi itu.
Malam Jumat kliwon, di saat kebanyakan manusia lelap tertidur, saya menyempatkan waktu untuk bertirakat di lokasi itu. Konon di sana juga ada sebuah titik lokasi yang sempat dikunjungi oleh Prabu Siliwangi dan patih utusan dari kerajaan Mataram ,Di petilasan itu saya Bermunajat Memohon doa pada Sang Kuasa agar hajat pembangunan PondokPesantren Al Mizan Wanajaya dapat berjalan dengan lancar& Berkah
Sungguh sebuah karomah yang diberikan kepada keluarga besar Ponpes Al Mizan dapat mendirikan pesantren di tempat itu. Semua itu tentu juga atas anugerah Allah SWT yang diberikan kepada gurunda Aa Maman yang telah berjuang dan berkorban besar dalam upaya pembangunan pesantren ini.
Aa Maman bagi warga sekitaran Majalengka adalah berkah besar. Buat saya, ia bukan hanya seorang ulama atau politisi saja, namun suami dari Ibu Hj Upik Rofiqoh ini adalah seorang pejuang Islam.
Saya pun yakin dan percaya, seorang tokoh tidak mungkin muncul begitu saja, namun pastinya ada alur sejarah atau darah tokoh besar yang kuat mengalir dalam tubuhnya. Saya melihat itu ada pada diri Aa Maman. Meski mengampu jabatan sebagai Wakil Rakyat DPR RI, beliau tidak sekonyong-konyong terkenal hanya karena jabatannya itu yang mentereng, namun justru ada jejak panjang, sejarah perjuangan kakek buyutnya yang mengalir deras dalam tubuhnya. Buktinya adalah pesantren barunya ini.
Ayah Aa Maman berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Konon dalam penuturan para sesepuh di daerah Leuwigajah Cileduk, Cirebon, tempat asal ayah Kiai Maman, ayahnya itu yang mengalirkan bakat sebagai orator ulung, seniman, dan juga tokoh yang senang bertirakat.
Dari silsilah ayahnya, dalam diri Aa Maman mengalir darah Pangeran Santri atau Pangeran Koesoemadinata atau dikenal juga dengan Kiai Gedeng Sumedang. Pangeran Santri ini adalah penyebar agama Islam di wilayah Sumedang, Jawa Barat.
Bila lanjut ditelusuri, Ayah dari Pangeran Santri adalah Pangeran Muhammad atau dikenal juga sebagai Pangeran Pamekelaran yang notabene adalah penyebar agama Islam di Majalengka. Dari sosok ini bakat seni mengalir kepada Aa Maman sehingga banyak sekali produk kesenian maupun karya sastra yang digubah oleh Aa Maman.
Sementara itu, ayah dari Pangeran Muhammad adalah Pangeran Panjunan atau Sunan Panjunan atau dikenal juga sebagai Syekh Abdurrahman yang merupakan putra dari Syekh Nurjadi/Maulana Datuk Kahfi Cirebon.
Aa Maman adalah perpaduan ulama Cirebon, Majalengka, dan Sumedang. Menilik dari silsilah itu, wajar memang bila Aa Maman kini jadi Penggede di Majalengka, Sumedang, dan Subang. Pesantrennya pun semakin membesar dari sejak pertama didirikannya. Bahkan karier politiknya makin ke sini juga semakin mengkilap.
Beruntung kita warga Majalengka, Subang, dan Sumedang memiliki tokoh sekaliber Aa Maman. Semoga Allah terus memberikan kesehatan dan keberkahannya baginya dan keluarganya agar terus berjuang untuk Islam dan Indonesia. Amin