Lama saya membersamai tokoh yang satu ini. Banyak yang memanggilnya kiai, kang, Aa, namun saya senang memanggilnya dengan sebutan ‘KM’. Ia adalah KH Maman Imanulhaq, beliau adalah guru, mentor, sekaligus juga bos bagi saya. Kadang juga serasa menjadi sahabat meski tak mengurangi rasa takzimku kepadanya.
Yang paling kentara tentangnya dan semua orang mengetahuinya, beliau begitu senang berkelakar. Ia punya segudang cerita lucu yang mengalir begitu saja tiap membahas satu topik pembicaraan. Saat bertemu dengannya, rasanya tidak puas kalau hanya mengobrol 1 atau 2 jam saja. Obrolan apa saja selalu dilahap, sesekali terseling kutipan humor. Paling banyak ia kutip dari cerita-cerita lucu Gus Dur.
Namun di balik semuanya itu, beliau adalah sosok yang sangat serius. Ia selalu fokus menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. Ia tak mau mengabaikan tiap urusan yang berkelindan dengan kewajibannya.
Hari-harinya berkutat dengan ide dan gagasan. Pikirannya terus berkelana, seakan mencari jawaban-jawaban yang tersembunyi. Pantas kalau ia disebut juga sebagai cendekiawan muslim.
Di pesantren, ia begitu mendetail mengurus semua, mulai dari urusan remeh temeh hingga hal-hal yang esensi. Di DPR lebih lagi, ia begitu rajin ‘membaca’ situasi, ketemu orang sana-sini, rapat di gedung dewan hingga pojokan cafe. Ia seakan ingin menuntaskan semua, bagi staf-stafnya sudah pastinya kewalahan mengikuti alur kerjanya.
Saya belajar darinya bahwa tugas perlu dilaksanakan dengan senang hati, riang gembira, namun tetap serius dan dijalani hingga tuntas. Beruntung bagiku menimba ilmu langsung darinya.
Oleh : Vicky Anggriawan