Tiba-tiba datang kabar sahabatku, Wamenag RI KH. Zainut Tauhid Sa’adi datang ke Rumah Makan Langensari, Majalengka. Kebetulan Langensari ini adalah restoran yang dikelola keluarga besar kami, lokasinya berada di kompleks Ponpes Al Mizan Jatiwangi.
Kedatangan Wamenag ke Majalengka ini untuk menghadiri Rakernas Pergunu ke-V. Selain Wamenag tentu banyak pejabat lainnya yang datang ke acara tersebut.
Benar saja, usai itu, Gubernur Jawa Timur pun turut mampir di Langensari. Sebisanya kami menjamunya. Dan tentu kami menyuguhkan kopi khas MCC, cafe yang dikelola para santri Al Mizan.
Di Lokasi kegiatan, di Alun-alun Leuwimunding Majalengka saya banyak bertemu para guru, salah satunya yakni Menkopolhukam Prof Mahfud MD. Setelah Prof Mahfudz memberi pengarahan, saya didaulat memberi Materi di acara yang dihadiri para Guru NU se Indonesia itu.
Di komplek Pesantren Amanatul Ummah,
Saya banyak berbincang dengan Prof Mahfud dan beberapa tokoh lain. Apalagi jarang rasanya saya berkesempatan untuk bertemu dengan Prof Mahfud yang tentunya begitu sibuk sebagai pejabat tinggi negara.
Hadir pula Kiai Asad Said Ali, beliau merupakan Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) di era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PBNU 2010-2015.
Juga nampak sahabat saya di Komisi VIII DPR RI, Yandri Susanto yang juga merupakan Wakil Ketua MPR RI. Saya kerap bertemunya di rapat-rapat komisi baik pembahasan haji, bencana, sosial, atau topik-topik yang berurusan dengan mitra Komisi VIII DPR RI.
Dalam Rakernas itu, tentunya saya bertemu shohibul bait, Ketua Pergunu Prof. KH Asep Saifuddin Chalim, kiai miliarder ini juga seorang guru besar bidang Sosiologi oleh Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Beliau merupakan anak bungsu dari KH. Abdul Chalim, juga pendiri sekaligus pengasuh pondok pesantren Amanatul Ummah Surabaya, Majalengka, Mojokerto, dan Banyuwangi.
Kehadiran banyak tokoh tersebut, juga sebagai penghormatan atas perjuangan Alm. KH. Abdul Chalim Leuwimunding. Saya dari awal terus mendukung KH Abdul Chalim ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Beliau adalah seorang pejuang pada perintisan kemerdekaan Indonesia. Beliau punya sejarah panjang dalam menentang penjajahan yang dilakukan oleh Belanda.
Tak hanya tentang usahanya menentang kolonialisme, cerita perjuangan tokoh kelahiran Leuwimunding Majalengka ini pun kentara pada peran-perannya atas terselenggaranya Komite Hijaz pada 31 Januari 1926 yang kemudian melahirkan NU, ormas Islam terbesar di Indonesia.
Belum lagi soal sepak terjangnya di dunia politik, KH Abdul Chalim Leuwiminding adalah politisi ulung, ia sempat mewakili Partai NU sebagai Anggota DPR tahun 1955. Sepak terjang kehidupannya memberikan inspirasi kepada warga NU agar tak alergi pada politik sehingga segala aspirasi bisa tersalurkan melalui wakilnya di parlemen.
Alhamdulillah berkah NU. Saya banyak bertemu para para guru.