Sebuah perjalanan yang sangat menakjubkan, dengan penuh rindu saya dan Ibu Upik yang didampingi seorang mahasiswa di Tengger Maroko, Mas Amrulloh dari Tegal.
Kami mencarter sebuah mobil menuju makam guru dari pendiri Tarekat Syadziliyah yaitu Syeikh Abdu Salam bin Al Masyis.
Kami mengira perjalanannya tidak jauh dari yang dibayangkan, namun ternyata kami keluar dari kota menyusuri perbukitan, menelusuri jalan-jalan yang belum semuanya diaspal dan sangat-sangat jauh seolah kami tidak akan pernah sampai di tujuan. Pemakamannya adalah pemakaman yang sunyi, sepi, dan terpencil.
Setelah menunggu begitu lama dan bertanya pada beberapa orang, akhirnya kami sampai di tujuan. Subhanallah makamnya begitu indah, besar dan sangat sakral. Dan ternyata di sana pula telah dihadiri oleh ribuan musafir yang berziarah. Banyak pedagang terlihat menjajakan barang dan makanan rupa-rupa.
Kami pun lantas melakukan salat Isya berjamaah dan melanjutkan mendaki anak tangga untuk naik ke atas. Yaa Allah, akhirnya kami sampai ke makam yang begitu sakral. Tak terasa air mata mami menetes, menangis bersimpu di makam waliqutub yang begitu mahsyur ini.
Setelah membaca doa, kami sempatkan untuk bercengkrama dengan beberapa peziarah yang datang. Mereka mengatakan bahwa bila musim dingin, kawasan makam ini akan diselimuti dengan salju.
Pikiranku lantas bertanya-tanya, bagaimana dulu Imam As-Syadzili menemukan Syeikh Abdu Salam bin Al Masyis di tempat yang begitu jauh dan cukup tinggi. Bahkan kita bisa melihat gemerlap lampu kota-kota di sekitaran dari ketinggian.
Usai berziarah kami pun kembali turun dan menikmati sate khas Maroko yang begitu nikmat dan lezat. Sebuah perjalanan yang kami tak akan pernah lupakan. Kami akan merindukan untuk bisa kembali ke tempat ini satu waktu nanti.