Cerita Doni Monardo Ingin Bangun Pesantren Ekologi, Kiai Maman Imanulhaq: Akan Kami Teruskan

JAKARTA – Kepergian mantan Kepala BNPB Letnan Jenderal (Purn) Doni Monardo menjadi duka bagi semua pihak, salah satunya Anggota DPR Komisi VIII, KH Maman Imanulhaq. Kepada wartawan, Politisi PKB itu menceritakan momen-momen akrabnya bersama Doni Monardo yang juga pernah menjabat Komandan Paspamres.

Doni Monardo, ungkap Kiai Maman, beberapa kali sempat datang ke Pondok Pesantren Al Mizan Jatiwangi yang ia asuh. Kiai Maman dan Doni Monardo banyak berbincang tentang pohon di sana.

“Sebuah percakapan di bawah pohon besar saat Pak Doni datang ke Pondok Pesantren Al Mizan Jatiwangi, saya ngobrol banyak dengannya soal pentingnya mitigasi bencana dan itu bisa dilakukan lewat sebuah kebiasaan baik dari masyarakat yaitu menanam pohon termasuk menanam pohon di depan rumah atau halaman rumah,” kata Kiai Maman di Jakarta, Senin (4/12).

Perbincangan keduanya semakin seru ketika mereka membicarakan tentang pohon besar yang mirip dengan pohon beringin. Kepada Kiai Maman, Doni mengungkapkan ingin menanam pohon tersebut di banyak tempat.

“Pembicaraan semakin asyik ketika kita membicarakan satu pohon sejenis pohon beringin yang kebetulan tumbuh besar di samping rumah saya. Beliau bilang ‘pohon ini bagus banget, aku ingin menyemai benihnya sehingga bisa ditanam di beberapa tempat’. Beliau menyebutkan pohon itu sejenis atau sekeluarga dengan pohon beringin tapi berbeda dengan pohon beringin. Akarnya tidak merusak,” ujarnya.

Doni bahkan sempat memberikan petuah singkat tentang pohon. Kiai Maman mengingat kata-katanya sebagai nasehat bagi banyak orang. Kata Doni, manusia itu harusnya seperti pohon ini yang menjulang tinggi namun akarnya tetap menancap ke bumi namun tidak merusak lingkungan sekitarnya.

Kabar kepergian Doni Monardo membuatnya begitu merasa kehilangan. Juru bicara Timnas AMIN ini mengaku sangat dekat dengan Doni Monardo karena menjadi mitra Komisi VIII selama keduanya menjabat.

“Saya mengenal Pak Doni sangat dekat karena sebagai mitra komisi VIII. Satu-satunya kepala badan setingkat kementerian yang menjelaskan dengan detail bahkan membuat contoh,” ungkapnya

Setiap berbincang dengan Doni Monardo, Kiai Maman menyebut selalu ada gorengan sukun di tengah-tengah mereka. Kiai Maman mengatakan bahwa pohon sukun tidak hanya bisa mencegah bencana tapi juga menjadi tanaman produktif.

“Selalu ada gorengan sukun di meja kami untuk menjelaskan menanam sukun bukan hanya sekedar untuk mencegah bencana erosi tapi juga menjadi tanaman yang produktif hasil jual buah-buahan apalagi kalau sudah diolah itu menjadi sangat tinggi dia mencontohkan kalau 10 pohon ditanam dan biaya sekitar Rp 3 juta maka 4 tahun kemudian bisa menghasilkan sekitar Rp30 juta bayangkan saja sangat-sangat produktif,” jelasnya.

Kiai Maman menyebut Doni Monardo adalah sosok yang humble, cerdas, dan juga tegas. Bahkan ia sempat mempredikisi Doni Monardo bisa menjadi menteri. Pasalnya Doni adalah sosok yang pekerja keras, loyal kepada negara dan siap ditempatkan di manapun dan bekerja keras untuk negara.

“Saya ingat kata beliau kala itu, ‘saya sudah membuktikan loyalitas itu kepada negara bukan kepada penguasa saya tunjukkan kinerja saya yang profesional yang membuat saya bekerja keras dan saya siap ditempatkan di mana saja sebagai seorang prajurit’. Itu kata-kata yang membuat saya tersentuh,” lanjut Kiai Maman.

Kiai Maman pun merasa kehilangan saat Doni Monardo sudah tidak memimpin BNPB. Ia menyebut ada ide besar Doni dalam pesantren ekologi yang kini tengah dirintis oleh Kiai Maman. Oleh sebabnya kepergiannya juga menjadi duka bagi keluarga besar Ponpes Al Mizan. Maman pun bertekad akan meneruskan perjuangan dan komitmen dari Doni Monardo dalam pelestarian alam melalui pesantren.

“Kami Ponpes Al Mizan sangat kehilangan dengan wafatnya Pak Doni, kami mencintaimu dan kami terus mendoakan. Kami akan teruskan perjuangan komitmen prinsip yang dipakai oleh almarhum,” imbuh Kiai Maman.

Exit mobile version